Saat itu semestaku sedang dilanda badai yang sangat besar tak karuan. Berjalan dalam realita kehidupan tidak sistematis dan hancur porak poranda secara dinamis menghadapi hantamannya. Aku tahu bahwa Tuhan sedang mengujiku, jiwa dan roh ku hanya bisa berharap semuanya berubah.
Alur berjalan dengan semestinya sampai ketika diri ini yang hampa akan cinta menemukan rekonstruksi semestanya. Adalah matamu yang pertama kali berbicara, menembus pertahananku secara halus dan
membius bak kandungan alprazolam yang menenangkan jiwa. Suaramu menuntunku kedalam dawai hangatnya cinta membakar di lubuk hati terdalam. Jujur, keadaanku berubah drastis tak terduga. Segala kehampaan dan penat hancur luluh lantah seakan diri sedang bermertafosa menemukan cahaya dambaannya.
membius bak kandungan alprazolam yang menenangkan jiwa. Suaramu menuntunku kedalam dawai hangatnya cinta membakar di lubuk hati terdalam. Jujur, keadaanku berubah drastis tak terduga. Segala kehampaan dan penat hancur luluh lantah seakan diri sedang bermertafosa menemukan cahaya dambaannya.
Padahal perjumpaan kita sangat sederhana, tidak sedramatis kisah sang cleopatra maupun syair majnun dan laila yang melegenda.Namun bagiku,kau adalah yang teristimewa, melebihi indahnya kilauan mutiara di tengah samudra. Bahkan aku sungguh tak percaya bahwa kau adalah manusia biasa. Mungkin kau adalah wujud nyata bidadari, diturunkan ke dunia bersama ribuan cahaya indah yang menyinari ruang dimensiku. Dan aku hanya bisa terdiam mengikuti alur perkenalan kita dimulai.
Waktu pun terus berjalan mengitari antara kau dan aku dalam pertemuan . Canda tawa kebahagiaan tercipta seketika menghiasi awal penuh kesan. Tanpa terasa waktu mengantarkan kita dalam ujung pertemuan. Kau pun pamit untuk kembali ke orbit asal keindahanmu. Tanpa mau bertanggung jawab, kau tinggalkan aku yang sedang terlarut dalan aura pesonamu. Didalam hatiku hanya bisa berkata “aku tak bisa menerima kepergianmu, aku ingin terus menatapmu radiasi keindahanmu” Namun apa daya aku harus merelakannya untuk kembali ke asalnya.
Jika kasmaran adalah narkotik,maka kau adalah bandarnya. Dan aku bagaikan pecandu yang rela menggadaikan jiwa demi merasakan keindahanmu lagi dan lagi”
Post a Comment