Lorem ipsum
Lorem ipsum 2
Lorem ipsum 3


Setelah pertemuan kita kala itu, Kau pulang ke orbit keindahanmu yang tak aku ketahui dan aku kembali pada dataran bumi, tenggelam dalam rutinitasku. Aku kira semuanya akan berjalan dengan normal setelah perpisahan kita kala itu, namun nahasnya bayang Dirimu, kata kata indahmu, dan senyumanmu yang indah dengan tak sopannya terus berilusi dalam semestaku. Dapat aku katakan bahwa kau membuat aku terdistorasi jauh dalam cinta sehingga melayang seperti meteroid jatuh meluluntahkan bumi dan isi nya.

Apakah ini jatuh cinta ? Matian matian aku berkata pada cermin bahwa perasaan untukmu hanyalah euforia sesaat, yang akan menghilang dalam hitungan hari. Namun semakin aku membunuh bayangmu, ternyata bukan semakin terkikis diaspora itu tapi malah membuat aku semakin terjatuh mati pada orientasi dimensimu yang tak bertepi. Semudah itu kau menyeret aku menjadi budak radiasi indahmu. Dan cermin dengan senangnya menertawakanku dan berkata “ makan tuh jatuh cinta “ .

Cinta selalu bersemi di tempat , waktu , dan situasi yang tidak terduga. Ia laksana mentari di tengah temaram hijau di antara gersang. Cinta tidak pernah datang tiba-tiba , ia akan mengendap-ngendap menyusup ke dalam urat nadimu, meledakkan jantungmu , lalu meninggalkanmu terbakar habis bersama bayang-bayangnya.

Dan, aku hanya mampu menjadi korban dari kerinduan yang mencekik . yang tersenyum dengan situasi bayanganmu tatkala kau telah berbuat kriminalitas pada hati dan pikiranku. Kau adalah kriminalis handal karena kau telah mencuri hatiku dengan jelinya sehingga tak terasa , membawanya masuk pada gerbang pesona indahmu dan menyekapnya di dalam ruang difusi bayangmu. Dan aku bak anak kecil menemukan mainan yang paling di 
idamkan , memimpikanmu terasa menyenangkan. Meski kau hanya dapat kupandangi dari luar. Kau terlalu mahal untukku tebus. Atau , apakah aku harus menjadi pencuri saja ? Yang mencurimu hanya karena aku tak rela jika orang lain yang mengambilnya dan menikmati keindahanmu itu ?.

Aku tampar pipiku sendiri dan aku sadar atas imajinasiku tadi. Bukan ! aku sadar aku bukan anak kecil dan kau bukan sebuah mainan. Hatimu bukan untuk aku curi atau merampasnya dan aku menjadi penjahat. Namun hatimu akan aku tebus baik-baik dengan perjuangan berharga yang sesuai dengan berharganya keindahanmu.

Aku nikmati alur yang tumbuh di hati dan pikiranku ini. Aku pun mulai intens berbincag denganmu. Setelah “ Hai apa kabar ? “ , ada “ Jangan lupa makan “, dan “ selamat tidur “ tak lupa di setiap harinya aku dendangkan ( proses pendekatan ). Dan di setiap obrolan kita , aku selalu berusaha mati-matian untuk terfokus pada kata-katamu. Semua kata-katamu akan selalu aku kenang dan ingat seiring dengan parasmu yang terus rival hatiku lagi dan lagi.

Kali ini, aku yakin dan tak bisa mengelak bahwa hatiku ada di genggamanmu, menjadi hak milik untuk kau rawat, atau mungkin kau hempaskan dan hancurkan sejauh mungkin karena semuanya adalah taruhan tergantung dirimu. Namun aku tak terlalu khawatir dengan konsekwensi akan aku terima nanti. Sekarang yang terpenting dan menjadi inti bagi penentunya adalah mengatur sanitasi regulasi agar kita berimbang. Aku pun harus menggenggam hatimu. Karena kau harus tau bahwa dawai ini telah mengurung pada orbit keindahan bayangmu. Kemana pun kau pergi aku akan mengejarnya, karena kau lah mentari indah yang selalu aku puja setengah mati.


Jatuh cinta tak butuh teori, apalagi menuntutmu untuk menerkanya. Kau hanya perlu menguatkan nyali untuk memperjuangkan dan mendapatkannya cinta itu untuk selamanya “





Post a Comment