Setelah pertemuan kita kala itu, Kau pulang ke orbit
keindahanmu yang tak aku ketahui dan aku kembali pada dataran bumi, tenggelam
dalam rutinitasku. Aku kira semuanya akan berjalan dengan normal setelah
perpisahan kita kala itu, namun nahasnya bayang Dirimu, kata kata indahmu, dan
senyumanmu yang indah dengan tak sopannya terus berilusi dalam semestaku. Dapat
aku katakan bahwa kau membuat aku terdistorasi jauh dalam cinta sehingga
melayang seperti meteroid jatuh meluluntahkan bumi dan isi nya.
Apakah ini jatuh cinta ? Matian matian aku berkata pada
cermin bahwa perasaan untukmu hanyalah euforia sesaat, yang akan menghilang
dalam hitungan hari. Namun semakin aku membunuh bayangmu, ternyata bukan
semakin terkikis diaspora itu tapi malah membuat aku semakin terjatuh mati pada
orientasi dimensimu yang tak bertepi. Semudah itu kau menyeret aku menjadi
budak radiasi indahmu. Dan cermin dengan senangnya menertawakanku dan berkata “
makan tuh jatuh cinta “ .
Cinta selalu bersemi di tempat , waktu , dan situasi yang
tidak terduga. Ia laksana mentari di tengah temaram hijau di antara gersang.
Cinta tidak pernah datang tiba-tiba , ia akan mengendap-ngendap menyusup ke
dalam urat nadimu, meledakkan jantungmu , lalu meninggalkanmu terbakar habis
bersama bayang-bayangnya.
Dan, aku hanya mampu menjadi korban dari kerinduan yang
mencekik . yang tersenyum dengan situasi bayanganmu tatkala kau telah berbuat
kriminalitas pada hati dan pikiranku. Kau adalah kriminalis handal karena kau
telah mencuri hatiku dengan jelinya sehingga tak terasa , membawanya masuk pada
gerbang pesona indahmu dan menyekapnya di dalam ruang difusi bayangmu. Dan aku
bak anak kecil menemukan mainan yang paling di
idamkan , memimpikanmu terasa
menyenangkan. Meski kau hanya dapat kupandangi dari luar. Kau terlalu mahal
untukku tebus. Atau , apakah aku harus menjadi pencuri saja ? Yang mencurimu
hanya karena aku tak rela jika orang lain yang mengambilnya dan menikmati
keindahanmu itu ?.
Aku tampar pipiku sendiri dan aku sadar atas imajinasiku
tadi. Bukan ! aku sadar aku bukan anak kecil dan kau bukan sebuah mainan.
Hatimu bukan untuk aku curi atau merampasnya dan aku menjadi penjahat. Namun
hatimu akan aku tebus baik-baik dengan perjuangan berharga yang sesuai dengan
berharganya keindahanmu.
Aku nikmati alur yang tumbuh di hati dan pikiranku ini. Aku
pun mulai intens berbincag denganmu. Setelah “ Hai apa kabar ? “ , ada “ Jangan
lupa makan “, dan “ selamat tidur “ tak lupa di setiap harinya aku dendangkan (
proses pendekatan ). Dan di setiap obrolan kita , aku selalu berusaha
mati-matian untuk terfokus pada kata-katamu. Semua kata-katamu akan selalu aku
kenang dan ingat seiring dengan parasmu yang terus rival hatiku lagi dan lagi.
Kali ini, aku yakin dan tak bisa mengelak bahwa hatiku ada
di genggamanmu, menjadi hak milik untuk kau rawat, atau mungkin kau hempaskan
dan hancurkan sejauh mungkin karena semuanya adalah taruhan tergantung dirimu.
Namun aku tak terlalu khawatir dengan konsekwensi akan aku terima nanti.
Sekarang yang terpenting dan menjadi inti bagi penentunya adalah mengatur
sanitasi regulasi agar kita berimbang. Aku pun harus menggenggam hatimu. Karena
kau harus tau bahwa dawai ini telah mengurung pada orbit keindahan bayangmu.
Kemana pun kau pergi aku akan mengejarnya, karena kau lah mentari indah yang
selalu aku puja setengah mati.
Jatuh cinta tak butuh teori, apalagi menuntutmu untuk menerkanya. Kau hanya perlu menguatkan nyali untuk memperjuangkan dan mendapatkannya cinta itu untuk selamanya “
Post a Comment