Lorem ipsum
Lorem ipsum 2
Lorem ipsum 3


Pagi hari menyambutku dengan indahnya pesona mentari bersinar di ufuk timur nan jauh dimata. Walaupun jauh dan astral asalnya, cahaya indah itu terus bersinar menerpa diri sebagai imajinasi untuk menciptakan semangat dipagi hari. Begitu juga tentangmu, aku tak tahu darimana kamu berasal dan darimana kamu terbit. Namun yang aku tahu hanya pancaran pesona keindahanmu yang selalu menjadi alasan bahagiaku di tengah hantaman ombak kerasnya dunia menyerangku.

Kenampakan semestaku sebelum kau terbit adalah konstalasi yang penuh kontradiktif mengerikan. Tak ada kedamaian dan kebahagiaan sedikitpun yang selalu aku dambakan. Aku tidak tahu caranya menghargai indahnya mentari membakar langit hingga kemerahan. Aku tidak tahu caranya mengagumi pelangi yang hadir setelah hujan. Aku tidak paham makna bulan menerangi alam disaat kegelapaan.

Malam-malamku pun hanya berisi tentang kehampaan dalam kesunyian yang harus terlelap tidur dalam jiwa penuh kegelisahan. Dan Pagi-pagiku hanyalah estesia fatamorgana logika tak bermakna. Aku sudah lupa bahwa bintang ditakdirkan sebagai mediasi antara bulan dan kegelapan malam, awan sebagai hiasan angkasa dan matahari sebagai cahaya yang tak terkalahkan. Aku bak nahkoda bodoh yang tidak tahu kemana arah berlayar kapalnya dan pasrah mengikuti arah mata angin membawa kapalnya. Garis besarnya, aku lupa bagaimana menjadi manusia.

Dan kemudian kamu datang ..............

Kamu menjadi seseorang yang memporak-porandakan jiwa jagat rayaku. Pesonamu telah menghidupkan aku yang telah mati menjadi hidup kembali. Kehadiranmu telah membuat aku percaya kembali dengan makna keajaiban cinta. Keindahan jiwamu telah memintaku untuk merasakan dan bersyukur terhadap anugrah tuhan yang terimplementasikan. Jiwamu adalah rekonstruksi yang telah aku harapkan.

Maka dengan sangat, izinkanlah jiwa ini menciptakan sajak dan baitnya untukmu, tentangmu, meski aku tidak tahu apakah surat ini akan tiba di lautan jiwamu, atau hanya terdampar di batu karang yang akan dihantam derasnya ombak. Izinkanlah aku mengabadikan keindahanmu, agar aku tidak lupa bahwa suatu ketika datang keajaiban cinta kepadaku, agar aku tidak lupa ketika diantara pertemuan dan selamat tinggal, malam pernah dipenuhi senyuman, senja pernah menjadi bait puisi, hujan pernah mengantarkan kerinduan dan tangan kita pernah bersatu dalam suatu genggaman.

Di antara perjumpaan dan selamat tinggal, kita pernah sekuat tenaga berjuang menyatukan satu persepsi ditengah perbedaan, meski diakhiri dengan penuh kerelaan melepaskan. Di antara kau dan aku pernah menjadi kita yang tak bisa aku lupakan.


ANUGRAH TUHAN PALING TERINDAH ADALAH KETIKA CINTA HADIR DALAM JIWA  YANG HAMPA DISAAT YANG TAK TERDUGA” 


Post a Comment