Lorem ipsum
Lorem ipsum 2
Lorem ipsum 3


Pagi datang lagi, membangunkan jiwa dan raga ini dengan eloknya kicauan burung dan mentari yang siap menyinari. Hari yang berbeda, waktu yang berbeda, realita yang berbeda, masa yang berbeda. Namun perbedaan itu tak selaras dengan keadaan hati. Perasaan ini masih dengan perasaan yang sama, yaitu menunggu pesan darimu masuk ke dalam ponselku. Sekadar ucapan “ selamat pagi “ yang akan jadi dua kata yang paling hebat bagiku untuk mengawali hempasan nafasku. Ternyata tidak ada.

Cahayamu tak terbit dikala pagi itu, entah kemana wahai dirimu. Kau harus tau disini ada seseorang yang sedang menanti cahaya indah itu. Aku bertanya kepada hamparan langit yang biru itu dan langit hanya bisa menjawab “ Aku tak tahu kemana dia “ lalu aku tanya kembali kepada awan dan awan pun hanya bisa membisu seribu kata.  Lantas aku terbingung mencari kehadiran dirimu dan aku hanya bisa menunggu kedatanganmu.

Ada apakah gerangan wahai cahayaku ? ceritakanlah sekarang juga kepadaku, agar aku tak terbingung cemas menantikan terbitmu. Aku hampa tanpa kehadiran dirimu, bak bunga yang layu ketika pemiliknya tak menyiramiya dengan air segar yang selalu di tunggu. Semerbak aposteri pun tak kunjung mencair seiringan dengan pikiran ini yang membeku memikirkan arah laju dirimu. Sel-sel imajinasi juga turut bermertafosa terfokus pada keanehan pagi hari ini yang sedang berlaku.

Waktu pun berkontradiksi membawaku kedalam kegelapan malam hari. Kau pun tak kunjung hadir dalam semesta ini. Bulan pun membisikan godaan pada keheningan malam “ Sudahlah sia-sia kau menanti dia, lupakanlah saja masih banyak bintang di langit yang lebih indah bisa kau pilih “, namun aku hiraukan bak orang yang tuli. Aku tak peduli meskipun banyak bintang indah yang bisa aku pilih, namun mereka tetap tak bisa mengalahkan pancaran sinar indahmu yang sedang aku rindui. Bahkan beratus abad pun akan aku nanti karena keyakinanku berbicara kau itu pantas untuk aku perjuangkan hingga hempasan nafas terakhir ini.

Termenunglah aku dalam kesepian dan penantian. Terkurung dalam keganasan kerinduan, menghempaskanku dalam zona tak karuan. Layu dan roboh berevolusi dalam angan-angan kehadiranmu.  Aku hanya berdiskusi bersama ribuan asap yang tercipta di sela nafas ini sebagai penguatku. Dan ribuan asap itu berspekulasi menciptakan hipotesis,membangunkan rohku agar bangkit dan mencari orbitmu, dan aku akan mencari kemana kau pergi. Lalu, aku akan menghancurkan kejamnya bulan, karena bulan telah menghlalangi pancaran sinar indahmu yang telah tertancap dalam jiwa ini sehingga tercipta derita gerhana dalam semestaku.

Tunggulah diasporaku wahai cahaya penerang semestaku
Aku akan membebaskan kau dari jahatnya bulan”

Post a Comment