Kalau saja aku mampu, sudah kukejar bayangmu agar kita bisa
beraliansi pada poros sebuah cinta yang terdambakan. Kalau saja aku mampu,
sudah kuhiasi region otoritas semestamu dengan penuh senyuman. Kalau saja aku
mampu, sudah kutemani jiwamu saat dirundung hujan deras menyakitkan. Kalau saja
aku mampu, sudah kupastikan bahwa aku pantas untuk menjadi pohon lebat disaat
kau membutuhkan keteduhan.
Kalau saja aku mampu, sudah aku invasi waktu agar saat itu tak terjadi stimulus
mengenalmu. Kalau saja aku mampu, sudah kuarungi hariku tanpa harus memikirkan
hegemoni tentangmu. Kalau saja aku mampu, sudah aku hempaskan jiwaku yang ingin
berada pada keindahanmu. Kalau saja aku mampu, sudah aku abaikan hatiku agar
berhenti merasakan absorsi elektroda hatimu.
Tapi , aku mampu memandangimu dari kejauhan tanpa berhenti berdoa agar selalu
untukmu sebuah kebahagiaan. Aku mampu menjadi pengagummu dalam diam dan
kesunyian, setelah enigma perasaanku hancur berantakan. Aku mampu meratapi
puing-puing harapan, dan teguh pada mencintaimu dalam khayalan. Aku juga mampu
menjadi rumah untukmu dan menunggumu disaat tak tau arah jalan probabilitas
kebahagiaan. Sungguh aku mampu merindukanmu tanpa mengenal waktu dan
retorika sebuah alasan.
Untukmu aku mampu. Karena kau pantas dalam semua pengorbanan. Dan kau adalah
titik kulminasi dogma cinta pada paradigma kenyataan.
Cinta tidak terbatas meskipun tak terbalas, justru tak jadi masalah. Rasa akan terus melaju dalam diam dan berteman dalam khayalan yang nyaman bersama orang yang didambakan “
إرسال تعليق