Kukira kau tercipta hanya untuk semestaku
semata. Ternyata pancaran sinarmu terbagi ke se-antero dunia. Berhembus sporadis memberikan
udara surga yang di hirup oleh pujangga yang menggoda, berdiam pada sel
alveolus kawanan pemangsa. Dan kau bermertafosa bersama dia sebagai asas
kehidupannya.
Kurangkah telinga ini mendengar seluruh keluh
kesahmu ? Belum cukupkah waktuku membalas semua aduanmu ? Tak ternilaikah bahu
ini yang selalu menjadi tempat bersandarmu ? Jika aku yang kau rasa
menenangkanmul lantas mengapa dia yang memenangkanmu ? Salah apakah diriku yang
telah jatuh dihadapanmu ? Aku menulismu indah dalam kalbuku, mengapa dia yang
membuatmy kagum ? Siapa gerangan dia ? Darimana diaa asalnya ? Mengapa dia tak
terlihat menyusupnya ? Tampaknya, terlalu rapi kau menyembunyikan musuhku
didalam selimutmu. Sehingga aku kecolongan tak berdaya dalam kehancuran hati.
Sekarang aku mulai mengerti terhadap siklus
yang terjadi. Saat aku sedang berputar menikmatimu dalam dawai magis mu,
mungkin kau bersama dia sedang bermalam Mingguan. Saat aku sedang terbuai dalam
pesonamu, mungkin saja kalian bercumbu mesra dan bergandengan tangan. Dan
disaat aku sedang berjuang untukmu , sudah ada dirinya sang ksatria terbaik
untukmu. Bravo. Luar biasa. Kau membuat semuanya antagonis dan antonim pada
ekpektasi hipotesis bayanganku.
Baru saja aku ingin berperang melawan bulan
yang menghalangi cahaya indahmu, kau membantu bulan yang gelap itu untuk
mengalahkanku. Dan kau berhasil membuatku pulang membawa luka terdalam sia-sia.
Dan kau nyaman bersama kegelapan bulan jahat itu. Baru saja kau membangkitkanku
pada kegelapan semesta ini, seketika kau jatuhkan ku tak berdaya pada tangisan
kalbu berdendang.
Hari ini mau tak mau harus kembali lagi aku
pakai topeng senyum palsuku. Kusimpan lagi rapat-rapat perasaanku. Serapat
harta karun tersimpan dalam perut bumi, sehingga tak bisa seorang pun yang tau
keberadaannya.
" Selamat " itulah kata yang terucap
secara dinamis dan mekanis oleh lisanku yang menjadi kritis dan mistis.
Padahal, bara membakar hati. Sembari hangus
menjadi abu hitam, aku terus mengutuk diri sendiri meratapi takdir terjadi.
Wahai kau yang berjubah cahaya, puaskah kau menjadikanku arang tak bermakna ?
Setelah kau menyinariku, sekarang kau membakarku dengan panasnya api cemburu.
Sebenar-benarnya cemburu yang menyakitkan adalah cemburu pada seseorang yang
tidak peduli akan perasaan kita, sedangkan jiwa ini cemburupun tak ada hak di
matanya....
Namun ini bukan kesalahanmu. Memang aku saja
yang tidak pernah cukup berani untuk menjabarkan apa yang sepatutnya kau
ketahui pada sela kalbuku ini." Selamat " ulangku dengan penuh kemunafikan
topeng senyuman palsu, karena sebenernya hati menggerutu diam-diam kudoakan dia
mati saja.
Kau tersenyum, bola matamu bermertafosa seperti
kupu kupu indah berbinar. Entah lugu atau pura-pura tak mengerti apa yang
sedang aku sampaikan pada pandanganku. Dan aku yang bodoh ini tersesat terkunci
rapat di dalam labirinmu, tak tahu jalan keluar.
Secara terselubung di bawah alam sadarmu,
kususupi hari-harimu dengan secercah harapan berlumur darah hati yang menggebu.
Secercah harapan itu tak bisa hilang, bahkan mampu hadir walau di ruang
tergelap semestaku. Tenang kau tak akan terusik dan tak akan kehilangan
perhatianku. Aku hanya menyembunyikannya dengan rapih lagi dan menjadi intel di
setiap keseharianmu , karena aku tak mau melihat keindahanmu berlumuran tangis
kesedihan oleh dia pada keseharian yang kau lalui bersama.
Ya... aku mengalah. Aku mengalah dan mengakui
bahwa sekuat-kuatnya orang memendam maka akan kalah dengan yang menyatakan dan
sehebat-hebatnya orang yang menunggu, akan kalah dengan yang menunjukkan. Dan
aku percaya, sejauh apapun kakimu membawamu berlari, jalan yang kau tempuh
hanyalah akan membawamu kembali kepadaku. Karena keyakinanku mengatakan bahwa
kau memang untukku dalam jalan yang berliku sebagai ujian perjuangan dan akan
indah pada waktu yang tuhan telah tentukan.
Sejatinya pemenang sayembara sebuah cinta adalah yang datang dan menyatakan, sedangkan yang memendam hanya akan tertendang tak berdaya “
إرسال تعليق