Lorem ipsum
Lorem ipsum 2
Lorem ipsum 3


Kukira kau tercipta hanya untuk semestaku semata. Ternyata pancaran sinarmu terbagi ke se-antero dunia. Berhembus sporadis memberikan udara surga yang di hirup oleh pujangga yang menggoda, berdiam pada sel alveolus kawanan pemangsa. Dan kau bermertafosa bersama dia sebagai asas kehidupannya.
Kurangkah telinga ini mendengar seluruh keluh kesahmu ? Belum cukupkah waktuku membalas semua aduanmu ? Tak ternilaikah bahu ini yang selalu menjadi tempat bersandarmu ? Jika aku yang kau rasa menenangkanmul lantas mengapa dia yang memenangkanmu ? Salah apakah diriku yang telah jatuh dihadapanmu ? Aku menulismu indah dalam kalbuku, mengapa dia yang membuatmy kagum ? Siapa gerangan dia ? Darimana diaa asalnya ? Mengapa dia tak terlihat menyusupnya ? Tampaknya, terlalu rapi kau menyembunyikan musuhku didalam selimutmu. Sehingga aku kecolongan tak berdaya dalam kehancuran hati.
Sekarang aku mulai mengerti terhadap siklus yang terjadi. Saat aku sedang berputar menikmatimu dalam dawai magis mu, mungkin kau bersama dia sedang bermalam Mingguan. Saat aku sedang terbuai dalam pesonamu, mungkin saja kalian bercumbu mesra dan bergandengan tangan. Dan disaat aku sedang berjuang untukmu , sudah ada dirinya sang ksatria terbaik untukmu. Bravo. Luar biasa. Kau membuat semuanya antagonis dan antonim pada ekpektasi hipotesis bayanganku.
Baru saja aku ingin berperang melawan bulan yang menghalangi cahaya indahmu, kau membantu bulan yang gelap itu untuk mengalahkanku. Dan kau berhasil membuatku pulang membawa luka terdalam sia-sia. Dan kau nyaman bersama kegelapan bulan jahat itu. Baru saja kau membangkitkanku pada kegelapan semesta ini, seketika kau jatuhkan ku tak berdaya pada tangisan kalbu berdendang.
Hari ini mau tak mau harus kembali lagi aku pakai topeng senyum palsuku. Kusimpan lagi rapat-rapat perasaanku. Serapat harta karun tersimpan dalam perut bumi, sehingga tak bisa seorang pun yang tau keberadaannya.
" Selamat " itulah kata yang terucap secara dinamis dan mekanis oleh lisanku yang menjadi kritis dan mistis.
Padahal, bara membakar hati. Sembari hangus menjadi abu hitam, aku terus mengutuk diri sendiri meratapi takdir terjadi. Wahai kau yang berjubah cahaya, puaskah kau menjadikanku arang tak bermakna ? Setelah kau menyinariku, sekarang kau membakarku dengan panasnya api cemburu. Sebenar-benarnya cemburu yang menyakitkan adalah cemburu pada seseorang yang tidak peduli akan perasaan kita, sedangkan jiwa ini cemburupun tak ada hak di matanya....
Namun ini bukan kesalahanmu. Memang aku saja yang tidak pernah cukup berani untuk menjabarkan apa yang sepatutnya kau ketahui pada sela kalbuku ini." Selamat " ulangku dengan penuh kemunafikan topeng senyuman palsu, karena sebenernya hati menggerutu diam-diam kudoakan dia mati saja.
Kau tersenyum, bola matamu bermertafosa seperti kupu kupu indah berbinar. Entah lugu atau pura-pura tak mengerti apa yang sedang aku sampaikan pada pandanganku. Dan aku yang bodoh ini tersesat terkunci rapat di dalam labirinmu, tak tahu jalan keluar.
Secara terselubung di bawah alam sadarmu, kususupi hari-harimu dengan secercah harapan berlumur darah hati yang menggebu. Secercah harapan itu tak bisa hilang, bahkan mampu hadir walau di ruang tergelap semestaku. Tenang kau tak akan terusik dan tak akan kehilangan perhatianku. Aku hanya menyembunyikannya dengan rapih lagi dan menjadi intel di setiap keseharianmu , karena aku tak mau melihat keindahanmu berlumuran tangis kesedihan oleh dia pada keseharian yang kau lalui bersama.
Ya... aku mengalah. Aku mengalah dan mengakui bahwa sekuat-kuatnya orang memendam maka akan kalah dengan yang menyatakan dan sehebat-hebatnya orang yang menunggu, akan kalah dengan yang menunjukkan. Dan aku percaya, sejauh apapun kakimu membawamu berlari, jalan yang kau tempuh hanyalah akan membawamu kembali kepadaku. Karena keyakinanku mengatakan bahwa kau memang untukku dalam jalan yang berliku sebagai ujian perjuangan dan akan indah pada waktu yang tuhan telah tentukan.

Sejatinya pemenang sayembara sebuah cinta adalah yang datang dan menyatakan, sedangkan yang memendam hanya akan tertendang tak berdaya “





Post a Comment