Epilog Perasaan

Indah meronaa berbalut estetika qiyasan retorika adalah hal yang pantas untuk menggambarkan sosok dirimu di alam jagat raya. Tak sirna meski terhalang awan gelap penuh kedigdayaan , yang ada kau semakin kokoh memancarkan kilatan keindahan untuk melawan surplus kehampaan. 

Itulah kontradiksi yang terciptaa pada siklus hati ini , mengukirkan ribuan keindahan kau tanpa henti, karena kau indah tak hanya di paras, tapi dalam lubuk sanubarimu juga terpancarkan keindahanamu tanpa batas, kau itu indah dari segala penjuru pelosok semesta yang aku lihat. bergemerlap dikala malam gelap gulita, terang benderang merona menerangi semesta.

Kau harus tau kau telah berhasil masuk kedalam pikiran dan setiap hentakan kalbuku , bahkan aku pastikan kau sudah mengambil sejuta enigma dalam hatiku, lihatlah aku tak berdaya seperti meteroid angkasa melayang mengikuti daya tarik alam fana. tapi ada sebuah pertanyaan tersirat dalam lamunan teristimewa, yaitu apakah aku sudah ada di dalam sanubarimu ??? Apakah aku telah memegang enigmamu ??

Entahlah itu sebuah teka teki , biarlah waktu berotasi berlayar mencari jawaban pada dalamnya sang samudra luas menghampar. Aku hanya berharap apa yang aku ekpektasikan tak akan kembali menjadi lukaa lara, namun indah teralisasikan pada kenyataan. Karena kau untuk selamanya yang kuinginkan dan semoga semesta merestui yang kurasa untuk sebuah tabir penantian.

Namun jika semesta berkata tidak. Tak apa , aku menerima dan ucapku semoga kau senantiasa bahagia , hanya itu yang aku inginkan untukmu semata. Kau berhak bahagia....